Kamis, 31 Mei 2012

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIK / MORAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

1.     Pengertian pengambilan keputusan
         Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
                  Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada. Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:
ü  Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh
ü  Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus
ü  Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
ü  Wewenwng lebih bersifat rutinitas
ü  Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.

2.     Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena dipengaruhi oleh 2 hal :
*       Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi dan bidan bisa memenuhi kebutuhan.
*       Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan.
*       Perawatan berfokus pada ibu(women centered care) dan asuhan total( total care)
Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh 3 keterlambatan yaitu :
v  Terlambat mengenali tanda – tanda bahaya kehamilan sehingga terlambat untuk memulai pertolongan
v  Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan
v  Terlambat mendapat pelayanan setelah tiba di tempat pelayanan.

3.     Empat  Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan Ketika Menghadapi Delima Etik.

TINGKATAN 1
Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau  pengalaman rekan kerja.

TINGKATAN 2
Peraturan      :berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi ,kerahasiaan dan kesetiaan ( menepati janji). Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan  panduan praktek profesi.

TINGKATAN 3
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
a.     ANTONOMY, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
b.     BENETICENCE, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat terbaik untuk orang lain.
c.     NON MALETICENCE, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun kerugian pada orang lain.
d.     JUSTICE, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan. ( Beaucamo & Childrens 1989 dan Richard, 1997)
TINGKATAN 4
TEORI-TEORI PENGAMBILAN KEPUUSAN
1.    Teori  Utilitarisme:
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan ketidaksenangan.
2.      Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan
3.      Teori Hedonisme:
Menurut Aristippos , sesui kodratnya, setiap  manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.
4.      Teori Eudemonisme:
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita

4.      Bentuk pengambilan keputusan :
-          Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan, rencana bisnis dan lain-lain.
-          Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
-          Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik kebidanan.

5.     Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :
-          Mengenal dan mengidentifikasi masalah
-          Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
-          Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
-          Mempertimbangkan pilihan yang ada.
-          Mengevaluasi pilihan tersebut.
-          Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.

6.     Faktor-Faktor  Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
o    Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti rasa sakit,tidak                 nyamadankenikmatan.
o    emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.
o    Rasional, didasarkan pada pengetahuan
o    Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan dalam melaksanakanya.
o    interpersonal, didasarkan pada pengrauh jarigan sosial yang ada
o    struktural, didasarkan pada lingkup sosial,ekonomi dan politik.

7.     Dasar Pengambilan keputusan :
a.     Ketidak  sanggupan ( bersifat segera)
b.     Keterpaksaaan karena suatu krisis, yang menuntut sesuatu unutuk segera dilakukan.

8.     Pengambilan  keputusan  yang  etis
Ciri 2nya:
1.Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
2.Sering menyangkut pilihn yang sukar
3. Tidak mungkin dielakkan
4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial

9.     Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :
1.     Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang lain.
2.     Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
3.     Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
4.     Pilih solusi yang lebih baik. 
Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.

Senin, 28 Mei 2012

Perubahan Fisiologi pada Ginjal Selama Kehamilan

Selama kehamilan konsentrasi kreatinin dan ureum plasma normalnya menurun akibat meningkatnya filtrasi glomerulus. Sewaktu-waktu, konsentrasi urea dapat menjadi sedemikian rendah sehingga mengesankan cendrung mengakumulasi air dalam bentuk edema dependen. Dalam kehamilan reabsorbsi ditubulus tidak terjadi perubahan sehingga lebih banyak dikeluarkan urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik. Proteinuria normalnya tidak terjadi selama kehamilan, kecuali kadang-kadang dalam jumlah yang sangat kecil pada waktu atau segera setelah persalinan yang berat (Wiknjosastro, 2006).

Bahaya peningkatan protein urine pada ibu hamil = preeklamsi
Kerusakan akibat preeklampsia sbb:

* Otak
Dapat terjadi pembengkakan di otak sehingga timbul kejang dengan penurunan kesadaran yang biasa disebut eklampsia. Dapat juga terjadi pecahnya pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
* Paru-paru
Bengkak yang terjadi di paru-paru menyebabkan sesak napas hebat dan bisa berakibat fatal.
* Jantung
Terdapat payah jantung.
* Ginjal
Ditemukan adanya gagal ginjal.
* Mata
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan saraf mata yang disebabkan bengkak maupun lepasnya selaput retina mata. Kebanyakan bersifat sementara. Kendati demikian, pemulihannya memakan waktu cukup lama.
* Sistem darah
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat pembekuan darah.
*Akibat pada janin
Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal, terjadi bayi dengan berat lahir yang rendah, bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya. Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.

ACETON URINE

Patofisiologi
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi, bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul). Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik.

 Komplikasi
1.     Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
2.     Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
3.     Syaraf ( Neuropati Diabetik )
4.     Kelainan Jantung.
5.     Hipoglikemia.
6.     Impotensi.
7.     Hipertensi.
8.     Komplikasi lainnya.
9.     Ganggunan pada saluran pencernakan akibat kelainan urat saraf.
10.   Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi.
11.   Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal, penderita diabetes millitus lebih mudah terserang infeksi.

Air ketuban bercampur mekonium
Air ketuban pada dasarnya steril dan memiliki sifat bakteriostatik, tetapi terdapatnya mekonium dalam air ketuban dikaitkan dengan peningkatan insiden infeksi intra amnion karena dapat mengubah sifat bakteriostatik cairan ketuban dan menghambat pertahanan imun host. Meskipun 6-25% bayi baru lahir dengan air ketuban keruh bercampur mekonium , namun tidak semua bayi akan berkembang menjadi syndrom aspirasi mekonium (SAM). Hanya 2-36% yang menghirup air ketuban selama janin dalam rahim atau pada tarikan napas pertamanya dan hanya sekitar 11% bayi yang berkembang menjadi SAM. Hal ini terkait dengan kurangnya pasokan O2 (hipaksia). Hipoksia akan meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekonium) di ekskresikan. Bayi-bayi dengan resiko tinggi gawat janin (misal : kecil untuk masa kehamilan / KMK atau hamil lewat waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada kehamilan normal (APN 2007).

Bahaya:
Terjadinya gawat janin diantaranya:
1.     pneumonia aspirasi
2.     pneumotoraks
3.     kerusakan otak akibat kekurangan oksigen gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA / DETEKSI DINI

Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(4)
Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang 
     Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :
1.    Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir  proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. 
2.    Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a.    Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)
b.   Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal)

Faktor Lingkungan Pranatal
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
1.    Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
2.   Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes. 
3.   Toksin/zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.
4.   Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan  susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.

5.   Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
6.   Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.
7.   Stres
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
8.   Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati. 
9.   Anoksia embrio
Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR.

Faktor Lingkungan Postnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :
a.      Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
b.     Faktor fisik
Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi.
c.    Faktor psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran
atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
d.   Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.

Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1.    Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2.   Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan organ-organ.
3.   Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4.   Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
5.   Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6.   Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

Perkembangan Anak Balita
 Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.Frankenburg dkk.(1981) melalui Denver Development Stress Test (DDST) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :
1.    Personal Social ( kepribadian/tingkah laku sosial ).
2.   Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus )
3.   Langauge ( bahasa )
4.   Gross Motor ( perkembangan motorik kasar )


Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yaitu perkembangan :
1. Tingkah laku sosial
2. Menolong diri sendiri
3. Intelektual
4. Gerakan motorik halus
5. Komunikasi pasif
6. Komunikasi aktif
7. Gerakan motorik kasar