Selama kehamilan konsentrasi
kreatinin dan ureum plasma normalnya menurun akibat meningkatnya filtrasi
glomerulus. Sewaktu-waktu, konsentrasi urea dapat menjadi sedemikian rendah
sehingga mengesankan cendrung mengakumulasi air dalam bentuk edema dependen. Dalam kehamilan reabsorbsi ditubulus tidak
terjadi perubahan sehingga lebih banyak dikeluarkan urea, asam urik, glukosa,
asam amino, asam folik. Proteinuria normalnya tidak terjadi selama kehamilan,
kecuali kadang-kadang dalam jumlah yang sangat kecil pada waktu atau segera
setelah persalinan yang berat (Wiknjosastro, 2006).
Bahaya peningkatan protein urine pada ibu hamil = preeklamsi
Kerusakan akibat preeklampsia
sbb:
* Otak
Dapat terjadi pembengkakan di otak sehingga timbul kejang
dengan penurunan kesadaran yang biasa disebut eklampsia. Dapat juga terjadi pecahnya
pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
* Paru-paru
Bengkak yang terjadi di paru-paru menyebabkan sesak napas
hebat dan bisa berakibat fatal.
* Jantung
Terdapat payah jantung.
* Ginjal
Ditemukan adanya gagal ginjal.
* Mata
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan saraf mata yang
disebabkan bengkak maupun lepasnya selaput retina mata. Kebanyakan bersifat sementara.
Kendati demikian, pemulihannya memakan waktu cukup lama.
* Sistem darah
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat
pembekuan darah.
*Akibat pada janin
Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan
hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal, terjadi bayi
dengan berat lahir yang rendah, bisa juga janin dilahirkan kurang bulan
(prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya. Pada kasus
preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah menunjukkan
kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat
apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya
keduanya tak bisa ditolong lagi.
ACETON URINE
Patofisiologi
Menurunnya
transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan
menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan
dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik
dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan
kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium,
fosfat dan klorida. Dehidrsi, bila
terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan
syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh
peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul). Apabila jumlah insulin
berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga . Disamping itu
produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan
lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas
akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi
produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin
yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
Komplikasi
1. Ginjal
diabetik ( Nefropati Diabetik )
2. Kebutaan
( Retinopati Diabetik )
3. Syaraf (
Neuropati Diabetik )
4. Kelainan
Jantung.
5. Hipoglikemia.
6. Impotensi.
7. Hipertensi.
8. Komplikasi
lainnya.
9. Ganggunan
pada saluran pencernakan akibat kelainan urat saraf.
10. Gangguan
pada rongga mulut, gigi dan gusi.
11. Gangguan
infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal, penderita diabetes millitus
lebih mudah terserang infeksi.
Air ketuban bercampur mekonium
Air ketuban pada dasarnya steril dan memiliki sifat
bakteriostatik, tetapi terdapatnya mekonium dalam air ketuban dikaitkan dengan
peningkatan insiden infeksi intra amnion karena dapat mengubah sifat
bakteriostatik cairan ketuban dan menghambat pertahanan imun host. Meskipun
6-25% bayi baru lahir dengan air ketuban keruh bercampur mekonium , namun tidak
semua bayi akan berkembang menjadi syndrom aspirasi mekonium (SAM). Hanya 2-36%
yang menghirup air ketuban selama janin dalam rahim atau pada tarikan napas pertamanya
dan hanya sekitar 11% bayi yang berkembang menjadi SAM. Hal ini terkait dengan kurangnya pasokan O2 (hipaksia). Hipoksia akan meningkatkan
peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekonium) di
ekskresikan. Bayi-bayi dengan resiko tinggi gawat janin (misal : kecil untuk
masa kehamilan / KMK atau hamil lewat waktu) ternyata air ketubannya lebih
banyak tercampur oleh mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air
ketuban pada kehamilan normal (APN 2007).
Bahaya:
Terjadinya gawat janin diantaranya:
1.
pneumonia aspirasi
2.
pneumotoraks
3.
kerusakan otak akibat kekurangan oksigen gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar